Senin, 20 Mei 2013

Survei Borneo (Sesi 1-2)


Adakah diantara kalian yang pernah melakukan survey di pulau borneo sob? Untuk kesekian kalinya, aku dapat pekerjaan survey di pulau borneo. Bagi yang pernah melakukan survey di sana mungkin pengalamanku ini biasa aja, tapi kalau yang belum pernah mungkin bisa dijadikan referensi aja sob :D

Cekidot, sebelumnya aku jelasin dulu pekerjaan apa yang aku lakukan disana. Pada bulan April aku dapat tawaran dari dosenku untuk membantu pekerjaan pembuatan peta LPI di daerah Kalbar dan Kalteng. Setelah mengetahui jadwalnya, akhirnya aku diajak langsung oleh beliau untuk melakukan survey awal dan memasang BM. Oh iya, perlu kalian tau, untuk pekerjaan ini, tim kami dipercaya untuk memasang titik kontrol orde 2 LPI dan melakukan pengamatan GPS serta pengikatan pasut. Kegiatan survey awal tersebut berjalan lancar dan kami kembali lagi ke Semarang dan menyiapkan tim pengukuran.


(Lokasi Survey)
Tiga minggu kemudian, ada kepastian bahwa tim harus segera berangkat untuk melakukan pengamatan GPS. Setelah mendapatkan kepastian tersebut, kami segera menyiapkan empat personil dan empat receiver GPS beserta aksesorisnya. Empat orang tersebut adalah teman seangkatanku sendiri, yaitu Reza, Kukuh, Sasongko dan aku sendiri. Sehari sebelum berangkat kami memastikan bahwa alat dapat digunakan dengan baik dengan melakukan uji coba pengamatan selama 2 jam di lapangan Widya Puraya. Setelah memastikan tidak ada masalah pada receiver kemudian kami memesan tiket pesawat Semarang Ketapang.

(Tim GPS)
Pagi harinya pada tanggal 2 Mei kami berangkat dari Bandara Ahmad Yani Semarang menggunakan pesawat Kalstar dengan rute Semarang-Pangkalan Bun-Ketapang. Perjalan udara kami berjalan lancar, dan mendarat mulus di Ketapang sekitar jam 1 siang. Setelah mendapatkan mobil carteran kemudian kami melanjutkan perjalan darat menuju Kecamatan Kendawangan. 1 tim kami antar ke Pagar Entimun, dimana di sana ada titik orde 1 yang akan menjadi titik kontrol pengukuran GPS. Setelah memastikan ada penginapan untuk 1 tim tersebut, kami melanjutkan perjalan dan menginap di Kendawangan.

Esok harinya kami melanjutkan perjalanan air menggunakan speed boat menuju titik masing-masing tim. Tim kedua turun lebih awal di Pulau bawal, dimana kami melakukan pengukuran WP terlebih dahulu untuk mengikat BM ke pasut. Diantara lokasi lainnya, pulau bawal ini punya pemandangan yang paling bagus. Disana kita dapat melihat karang-karang dengan kedalaman antara 1 hingga 10 meter yang masih alami.

(Dermaga Pulau Bawal)

(Kondisi Karang di Pulau Bawal)
Pulau bawal udah oke, kemudian tim 3 dan 4 melanjutkan perjalanan menuju titik selanjutnya, yaitu Pembedilan. Titik ini spesial, karena harus diamati selama empat sesi, jadi tim yang berada di titik ini harus sabar menunggu kami moving dari kalbar ke Kalteng untuk melanjutkan sesi 3-4. Setelah melakukan pengukuran WP akhirnya tim 4 dapat tempat menginap di rumah kepala sekolah SD Pembedilan yang sangat dekat dengan lokasi titik. Tim 4 udah oke, kemudian aku putar balik ke lokasiku Air Hitam Kecil. Total waktu perjalanan Speed Boat kami tempuh selama 4 jam, cukup membuat perut mengkerut juga :p

Hari ke tiga, kami langsung berkoordinasi dengan masing-masing tim. Perlu kalian tau sob, sinyal di sana nggak semudah di jawa. Kami harus pinter cari spot-spot dimana sinyal muncul bagaikan emas(lebay dikit) yha paling engga kami harus pakai antena biar dapat menangkap sinyal secara stabil. Untungnya titik di Air Hitam Kecil dekat dengan Polindes, jadi sembari menjaga receiver tetap aman, aku bisa berteduh dan memakai antena penguat sinyal.

(Pengamatan GPS di Titik LPI1413-04)

Sesi 1 dan 2 telah ter-record, sayang 2 reciever yang kami bawa punya kekurangan di baterai, hingga harus mengganti baterai ketika pengamatan sudah berjalan 4 jam. 1 alat lagi ada masalah di perekaman data dan 1 sesi tidak terbaca datanya, hingga besok kami harus mengulang 1 sesi lagi. Malamnya kami harus mengisi ulang baterai receiver yang telah dipakai seharian penuh. Perlu kalian tau, di Kalimantan listrik tidak semudah di jawa. Ada beberapa lokasi yang 24 jam nyala(biasanya kota), ada yang 12 jam nyala (biasanya kecamatan), ada yang sama sekali tidak ada PLN, sehingga harus menyalakan Genset sendiri(bagi yang punya). Nah khusus di Pulau bawal dan air Hitam Kecil tidak ada jaringan PLN sob.

(Air Hitam Kecil)

Hari ke empat kami mengulang sesi 2 sekitar 4 jam pengamatan. Setelah pengamatan selesai aku melanjutkan pengikatan BM ke pasut. Semua selesai pada pukul 11, dengan diantar speed boat bang udin aku menuju Pulau Bawal untuk menjemput Reza. Perjalanan siang itu tidak semulus kemarin, gelombang air setinggi 1-2 meter mengombang ambingkan speed boat kami. Setelah melewati batu titi, gelombangnya cukup bersahabat. Sekitar 30 menit menuju pulau bawal, kami diterjang hujan yang cukup lebat, sehingga speed boat harus berjalan lambat. Akhirnya hujan reda dan kami telah sampai di Pulau Bawal. Setelah memastikan semua peralatan telah kami bawa, perjalanan kami lanjutkan ke Kendawangan. Selamat jalan pulau bawal, sampai jumpai di lain kesempatan :D
(Sunset di Pulau Bawal)




Jumat, 16 Maret 2012

Kerja Praktek

Akhirnya, stlh beberapa minggu orientasi di lokasi ORF dan nearshore, kami mendapat kesempatan berlayar dengan kru MV Ocean Rajawali. Sore itu, setelah membeli beberapa perlengkapan untuk dibawa berlayar, kami segera menuju pelabuhan Sunda Kelapa, dimana Ocean Rajawali bersandar. Sebagai kapal survei yang digunakan untuk pengambilan data geofisik, Ocean Rajawali termasuk kapal yang memadai. Dengan panjang 27m, dan lebar sekitar 7m, Rajawali tersekat menjadi 3 bagian, dimana deck paling atas adalah ruang kemudi dan ruang kerja kru. Turun 1 lantai, terdapat dapur, ruang makan dan TV, kemudian tersekat lagi kamar kapten kapal, party chief, client representative dan SO. Di lantai paling bawah terdapat belasan tempat tidur kru, yang disusun secara rapih dan nyaman. Tidak seperti bayanganku diawal, ternyata Rajawali adalah kapal yang sangat nyaman, berbagai sudut kapal dilengkapi dengan pendingin ruangan, sampai-sampai kami pun merasa kedinginan pada malam hari.

Pada survey ini, kami diberi kesempatan oleh perusahaan untuk mengamati pelaksanaan survey geofisik lepas pantai (offshore) dimana, jalur yang disurvei sepanjang 15 km dari pantai muara karang, mengarah ke teluk Jakarta (gugusan pulau seribu). Jalur yang disurvei, nantinya akan dipasang pipa gas bawah laut, ynag digunakan untuk menyuplai kebutuhan gas PLTG muara karang.

Setelah melakukan proses pengisian bahan bakar, akhirnya pagi itu Rajawali berlayar dengan 20 personel termasuk kami. Awalnya, aku merasa pusing-pusing dan mual karena goncangan kapal ketika terhempas gelombang, namun aku tahan, karena malu jika pengalaman pertamaku ini dinodai oleh kejadian yang siapapun tidak mengharapkan. Sengaja kami beristirahat, sebelum ada intruksi bahwa pengukuran akan dimulai. Tak lama kemudian ada instrusi dari kapten kapal supaya semua kru menuju deck atas. Setelah menuju ke deck atas, ternyata kapten akan memberikan safety induction yaitu arahan penyelamatan diri ketika terjadi insiden atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah safety induction dilakukan, kemudian para kru bersiap-siap untuk melakukan instalasi peralatan. Banyak alat-alat asing yang kami temui disini. Antara lain :

1. GPS Mobile Stasion
2. Single & Multi Beam Echosounder
3. SBP (Sub Bottom Profiler)
4. Side Scan sonar
5. Magnometer
6. Dan masih banyak lagi perlengkapan pendukung


Pada pengukuran bathimetri GPS merupakan alat yang sangat vital, karena semua alat yang melakukan pengamatan harus mendapat informasi posisi secara realtime. Pada survey ini, diferential data yang dipakai menggunakan metode Mobile Station, dimana hasil pengamatan GPS dikoreksi langsung oleh alat yang mendapat data koreksi dari base station. Echosounder adalah alat untuk mendapatkan data kedalaman perairan. Data yang didapat nantinya akan diinterpolasi, sehingga didapatkan kontur perairan yang disurvei.

Untuk menentukan keadaan fisik dasar laut dan mengidentifikasi karakteristik keadaan geologi khususnya lapisan permukaan laut berdasarkan pantulan gelombang. Pengolahan data survei seismic menggunakan SBP dapat menyediakan informasi spasial berupa intrepretasi lapisan sedimen dan batimetri. Dengan menggunakan SBP, maka struktur lapisan tanah dan jika terdapat objek tertentu (misal : pipa bawah laut yang sudah terkubur) dapat diketahui.

Side scan sonar (SSS) adalah salah satu aplikasi dari SONAR (SOund Navigation And Ranging) yang diguanakan untuk menciptakan gambaran dari dasar laut secara luas. Sonar memancarkan pulsa-pulsa ke arah dasar laut dengan sudut besar secara horizontal, yang pemasangan alatnya dapat ditempelkan (mounted) ke kapal atau ditarik dengan tali (towed).
Magnetometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kekuatan medan magnetic yang berada di dasar dan bawah dasar laut (subsea). Dalam pengukuran geofisik untuk pembuatan jalur pipa bawah air, magnetometer digunakan untuk mengetahui apakah terdapat benda-benda yang mengandung unsur logam (missal : pipa lain, runtuhan kapal karam, dan lainnya) yang dapat mengganggu pada saat pemasangan pipa (pipelaying).
Nampaknya beberapa hari ke depan akan banyak hal yang menarik pada pelayaran perdana kami bersama kru MV Ocean Rajawali.




Bersama kru Ocean Rajawali